Termenung diatas bumi pahlawan. Tubuhnya bersandar pada dinding itu, ditemani alunan musik. Angin memainkan tubuhnya yg dibiarkan tergerai..
Terkadang desah nafasnya terdengar, seperti akan ada kebahagian yg akan datang.. Desah nafasnya mencoba berjuang melawan rasa dimasa lalu. Perih yang mulai meracuninya keasyikan mengembarakan penantian kebahagian di sela fatamorgana..
Kenapa begitu, andai fatamorgama belaka kenapa masih menanti? Kenapa Tak akan ada hal lain yg bisa di pikirkan?
Itu hanya suara angin Gan, rupanya angin mulai tak sabar menemaninya lagi. Ternyata angin lebih berfikir realistis, ketimbang perasaan Gan yg terlalu sabar dengam ketidak pastian kebahagian itu, Kebahagian fata moragana.
Gan menunduk, dan berkata dalam hati. "pergilah wahai angin, jangan ganggu pikiran ini dan penantian dan kebahagian dengan ketidak ikhlasan mu.. Biarkan semuanya mengalir bagai air.
Namun, hanya seperti merindukan bulan,, yang benar-benar hanya penantian belaka..
Gan tetap hanya bisa menanti, hanya boleh memilki kesabaran untuk menanti.
Hanya boleh tersenyum melihat kebahagian fata morgana, dan menangis saat fatamorgan berkubang duka.
27-02-2010
02:42
@ bumi pahlawan
Selasa, 22 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
